MENUMBUHKAN MINAT BACA
MENUMBUHKAN
MINAT BACA
I.
LATAR BELAKANG
Berawal dari pelatihan yang saya ikuti di diknas
Kota Bekasi tentang “Gerakan Literasi Sekolah”, Maka dengan itu dicoba untuk menerapkan
minimal di kelas yang saya mengajar belum ke tahapan sekolah. Cakupannya tidak
sampai di sekolah karena saya ingin melihat tingkat dan hambatan gerakan
literasi yang lakukan di kelas.
Ketertarikan melakukan literasi ini adalah karena
minat baca dari siswa sangat kurang khususnya untuk buku-buku atau tulisan
bermanfaat, tetapi siswa lebih sua membaca status atau tulisan media sosial
oranglain yang ada di sosial media, Mereka dapat melihat fenomena ini, Saya
berusaha mengarahkan mereka untuk dapat membaca buku-buku atau tulisan yang
lebih bermanfaat yang bisa menambah pengetahuan dan wawasan.
Berdasarkan studi "Most Littered Nation In the
World" yang dilakukan oleh Central Connecticut State Univesity pada Maret
2016, Indonesia dinyatakan menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara soal minat
membaca. Indonesia persis berada di bawah Thailand (59) dan di atas Bostwana
(61). Dilihat dari segi penilaian infrastuktur untuk mendukung membaca
peringkat Indonesia berada di atas negara-negara Eropa.
Sangat memprihatinkan kondisi Indonesia dalam hal
membaca, Padahal bangsa Indonesia sebagian penduduknya beragama Islam atau
muslim. Dalam Al-qur’an ayat yang pertama kali turun adalah Iqra’(membaca), Sebelum
diangkat menjadi Rasul, Muhammad bin Abdullah mengalami mimpi yang menjadi
nyata. Setelah beberapa kali mimpi, ia memiliki kebiasaan baru, menyendiri di
Gua Hira. Di saat itulah ada yang menyerunya dengan perintah, “Iqra!”
(bacalah!). Ia menjawab, “Aku tak bisa membaca”. Nabi Muhammad SAW mengatakan,
“Kemudian ia mendekapku, hingga aku merasa sesak. Barulah ia melepaskanku. Ia
kembali memerintah, ‘Bacalah!’. ‘Aku tak bisa membaca’, jawabku. Ia mendekapku
untuk yang kedua kali hingga aku merasa sesak. Lalu ia melepaskanku. Dan
berkata, ‘Bacalah!’ ‘Aku tak bisa membaca’ jawabku. Ia pun mendekapku untuk
kali ketiga. Memang butuh proses ketika ingin menerapkan membaca atau literasi,
Rasulullah SAW saja sampai tiga kali menyatakan kesediannya untuk membaca.
Dengan demikian maka sangat diperlukan untuk dapat
dilaksanakannya atau menumbuhkan minat baca pada kalangan pelajar, khususnya
tempat saya mengajar maka gerakan literasi sekolah ingin diterapkan. Memang
tidak mudah untuk melaksanakan literasi tersebut karena berbagai kendala tapi
semuanya harus dimulai, ketika kita tidak berani memulai maka kita tidak tahu
hambatan kita dan hasil dari pelaksanaan yang dilakukan, hasil yang ingin
dicapai adalah ketika anak-anak atau siswa di sekolah dapat atau bisa membaca
dan bisa memaknai apa yang dia baca dan bisa menjelaskan lagi, keinginan saya
dari hasil literasi ini minimal anak bisa menyelesaikan satu buku bacaan apa
saja yang bisa dia baca dan dia dapati baik meminjam maupun membeli dapat di
ceritakan kembali dihadapan teman-teman atau guru disaat waktu senggang atau
dapat mendiskusikan bacaannya kepada teman-temannya atau gurunya. Ingin melihat
siswa ketika waktu santainya diisi dengan membaca.
II. RUMUSAN
MASALAH
Rumusan masalah
pada karya tulis ini adalah:
1. Jenis Literasi apa yang ingin diterapkan di sekolah
?
2. Hal apa yang bisa dilakukan guru terhadap literasi
sekolah ?
3. Bagaimana tanggapan siswa terhadap literasi di sekolahnya
?
4. Apa saja kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan
literasi sekolah ?
5. Bagaimana peranan sekolah terhadap pelaksanaan
literasi ?
III. PEMBAHASAN
Gerakan literasi sekolah sebenarnya bertujuan
mendorong siswa untuk membudayakan membaca dan menulis sehingga anak terus
belajar tanpa harus diperintah. Namun, literasi tidak hanya sebatas pada menulis
dan membaca saja. Terlebih di zaman modern seperti sekarang ini. Model literasi
mengikuti perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Jenis-jenis literasi
untuk mendukung Gerakan Literasi Sekolah.
1. Literasi Dasar (Basic Literacy), literasi jenis ini
bertujuan utnuk mengoptimalkan kemampuan untuk mendengarkan, berbicara,
membaca, menulis, dan menghitung. Dalam literasi dasar, kemampuan untuk
mendengarkan, berbicara, membaca, menulis, dan menghitung (counting) berkaitan
dengan kemampuan analisis untuk memperhitungkan (calculating), mempersepsikan
informasi (perceiving), mengomunikasikan, serta menggambarkan informasi
(drawing) berdasar pemahaman dan pengambilan kesimpulan pribadi.
2. Literasi Perpustakaan (Library Literacy), lebih
lanjut, setelah memiliki kemampuan dasar maka literasi perpustakaan untuk
mengoptimalkan Literasi Perpustakaan yang ada. Maksudnya, pemahaman tentang
keberadaan perpustakaan sebagai salah satu akses mendapatkan informasi. Pada
dasarnya literasi perpustakaan, antara lain, memberikan pemahaman cara
membedakan bacaan fiksi dan nonfiksi, memanfaatkan koleksi referensi dan
periodikal, memahami Dewey Decimal System sebagai klasifikasi pengetahuan yang
memudahkan dalam menggunakan perpustakaan, memahami penggunaan katalog dan
pengindeksan, hingga memiliki pengetahuan dalam memahami informasi ketika
sedang menyelesaikan sebuah tulisan, penelitian, pekerjaan, atau mengatasi
masalah.
3. Literasi Media (Media Literacy), yaitu kemampuan
untuk mengetahui berbagai bentuk media yang berbeda, seperti media cetak, media
elektronik (media radio, media televisi), media digital (media internet), dan
memahami tujuan penggunaannya. Secara gamblang saat ini bisa dilihat di
masyarakat kita bahwa media lebih sebagai hiburan semata. Kita belum terlalu
jauh memanfaatkan media sebagai alat untuk pemenuhan informasi tentang
pengetahuan dan memberikan persepsi positif dalam menambah pengetahuan.
4. Literasi Teknologi (Technology Literacy), yaitu
kemampuan memahami kelengkapan yang mengikuti teknologi seperti peranti keras
(hardware), peranti lunak (software), serta etika dan etiket dalam memanfaatkan
teknologi. Berikutnya, dapat memahami teknologi untuk mencetak, mempresentasikan,
dan mengakses internet. Dalam praktiknya, juga pemahaman menggunakan komputer
(Computer Literacy) yang di dalamnya mencakup menghidupkan dan mematikan
komputer, menyimpan dan mengelola data, serta menjalankan program perangkat
lunak. Sejalan dengan membanjirnya informasi karena perkembangan teknologi saat
ini, diperlukan pemahaman yang baik dalam mengelola informasi yang dibutuhkan
masyarakat.
5. Literasi Visual (Visual Literacy), adalah pemahaman
tingkat lanjut antara literasi media dan literasi teknologi, yang mengembangkan
kemampuan dan kebutuhan belajar dengan memanfaatkan materi visual dan
audio-visual secara kritis dan bermartabat. Tafsir terhadap materi visual yang
setiap hari membanjiri kita, baik dalam bentuk tercetak, di televisi maupun
internet, haruslah terkelola dengan baik. Bagaimanapun di dalamnya banyak
manipulasi dan hiburan yang benar-benar perlu disaring berdasarkan etika dan
kepatutan.
Dari sejumlah literasi yang mendukung program
sekolah di atas pada dasarnya ingin diterapkan disekolah tetapi keinginan atau
impian bisa saja tapi tindakan yang dilakukan harus sesuai dengan kemapuan
sekolah dan warga sekolah terutama siswa itu sendiri. Impian ketika tidak
dilaksanakan maka hanya tinggal mimpi, maka saya mengambil tahapan literasi yang
sangat mendasar dulu, ketika ini berjalan dengan baik dan bisa dilaksanakan
tanpa ada hambatan, kalaupun hambatan itu ada maka bisa diatasi atau
diminimalisir sedemikian rupa sehingga bisa dihadapi.
Maka awal mula mewujudkan impian saya maka saya
menerapkan jenis Literasi Dasar (Basic Literacy), dimana mencakup kemampuan
untuk mendengarkan, berbicara, membaca, menulis dan menghitung. Tahapan yang
saya lakukan adalah kemampuan mendengar. Dari mendengar saya ingin anak-anak
bisa bekonsentrasi terhadap apa yang saya bacakan atau ceritakan kepada mereka
dan juga melatih kemampuan saya dalam bercerita atau mendongeng.
Ada beberapa tahapan yang saya lakukan dalam
melaksanakan gerakan literasi sekolah, tindakan yang saya lakukan akan
terlaksananya literasi sekolah adalah melihat kondisi anak didik dan kondisi
saya pada hari itu ingin menerapkan seperti apanya.
Setiap memulai pembelalajaran di kelas dan di saat
praktek di laboratorium komputer, lima sampai dengan limabelas menit pertama
saya mulai dengan bercerita tentang motivasi,
fabel, biografi, dongeng dan apa saja yang saya perlu sampaikan didepan
mereka. Karena pada literasi dasar kemampuan yang dapat di ambil adalah
kemampuan untuk mendengarkan berdasar pemahaman dan pengambilan kesimpulan
pribadi. Maka ketika saya mulai bercerita atau membaca buku pada saat
pembelajaran, anak-anak atau siswa menyimak apa yang saya sampaikan dan salah
satu dari mereka yang saya tunjuk secara bergiliran menceritakan kembali dan
mengambil kesimpulan pribadi dari apa yang dia dengar. Disitulah kita dapat
menilai dan melihat kemampuan anak dalam berbicara, mendengarkan serta
menggambarkan informasi (drawing) berdasarkan pemahaman dan pengambilan
kesimpulan pribadi.
Kemudian saya membandingkan lagi dengan cara baru
dengan menyuruh mereka membaca tulisan yang saya sediakan berupa selembar
kertas yang berisikan tentang motivasi, biografi dongeng dan lain-lain yang
memang pantas dibaca untuk usia mereka dan saya usaha mencari bahan bacaan yang
memang mendidik dan bisa dijadikan contoh. Langkahnya sama lima sampai dengan
limabelas menit pertama dalam jam pelajaran, saya suruh mereka membaca dan
setelah itu saya akan menunjuk atau siapa yang mau menceritakan kembali dengan
bahasa mereka, mengambil kesimpulan dari apa yang mereka dibaca, dan juga yang
lainnya menyimak apa yang disampaikan oleh temannya yang sedang bercerita, maka
mereka berdiskusi dari apa yang diceritakan. Terus begitu sampai akhirnya waktu
yang ditetapkan untuk literasi dalam pembelajaran.
Literasi Dasar ( Basic Literacy) ini sudah saya
lakukan satu tahun terakhir, semenjak saya mengikuti pelatihan tentang Gerakan
Literasi Sekolah. Satu tahun terakhir pula ketika saya masuk kelas selalu
mereka mengatakan secara serempak, hari ini akan ada cerita apalagi ? membuat anak-anak
menanti cerita dan menunggu cerita dari teman-temannya, membuat pembelajaran
saya menarik dan dinanti siswa karena cerita yang saya ambil tiap harinya
berbeda dari hari ke hari sehingga perbendaharaan cerita mereka banyak.
Anak-anak mengatakan saya guru yang suka bercerita atau mendongeng.
Sebenarnya saya ingin menerapkan literasi ini dengan
cara memiliki buku bacaan atau pinjam di perpustakaan,diberi waktu sekitar satu
minggu untuk membacanya, mereka dapat menceritakan dan mengambil kesimpulan yang
mereka dapat dengan cara menuliskannya kembali, sehingga mengajarkan mereka
untuk dapat menulis. Mereka dapat bertukar buku dengan temannya, sehingga
mereka dapat mengisi waktu kosong atau jam kosong yang saat guru berhalangan
hadir.
Keinginan dan impian saya untuk Gerakan Literasi
Sekolah ini khususnya untuk di sekolah saya SMK Binakarya Mandiri 2 berjalan
dengan baik, sehingga membaca menjadikan kebutuhan anak-anak dan mereka
benar-benar mencintai buku, membaca dan membaca dimana saja dan kapan saja. Hal
ini menjadi impian saya adalah melaksanakan berbagai jenis- jenis literasi yang
sudah disampaikan di atas karena semua jenis literasi tersebut harus saling
terkait, tidak bisa dipisah-pisahkan antara satu dengan yang lain. Agar lebih
optimal dalam melakukan gerakan literasi sekolah, sekolah harus mampu
menfasilitasi semua peserta didik agar bisa mengoptimalkan semua jenis literasi
di atas. Untuk itu sangat penting bagi sekolah dibantu oleh pihak-pihak terkait
atau stakeholder agar memenuhi sarana dan prasarana di sekolah.
Literasi yang saya terapkan di kelas banyak
kendalanya, karena saya menyiapkan sendiri bahan bacaan dari mulai bahan, tema
cerita ( mencari cerita-cerita yang singkat di internet) dan mempotocopy cerita
tersebut, Cerita ini akan saya sampaikan dikelas yang saya mengajar, kertas potocopy
itu tidak dapat dibawa pulang oleh siswa kerena untuk temannya yang lain,
sehingga mereka tidak dapat membacanya lagi. Seandainya saya mempotocopy
sebanyak 200 siswa yang saya ajar di lima kelas. Biaya potocopy lumayan juga
tiap minggu, selingannya adalah dengan saya bercerita di depan anak-anak untuk
melatih kemampuan mereka mendengar.
Ketika saya mengubah metode dengan cara mereka
mempunyai, mencari atau meminjam buku yang mereka sukai untuk dibaca maka bertukar
pinjam dengan teman-temannya, ternyata metode ini tidak berjalan karena daya
minat atau daya beli buku anak-anak sangat minim, karena ekonomi siswa termasuk
ekonomi menengah kebawah, ketika membeli buku itu untuk sebagian mereka
sangatlah mahal, sedangkan buku diperpustakaan hanyalah buku-buku pelajaran
yang menurut mereka tidak menarik dan malas untuk mencari di internet, Maka
biar tetap berjalan saya berlakukan metode mencari cerita di internet lalu potocopy
dan mereka membacanya atau dengan cara saya bercerita kepada mereka sebagai
selingan saat photcopy belum ada.
Dan untuk kemampuan menulis belum terlihat dan belum
berjalan, biarlah sementara ini metode saya yang biasa ini dijalankan dulu,
semoga dengan seiringnya waktu akan ada jalan keluarnya dengan menyiapkan
perpustakaan dengan tema-tema cerita yang menarik minat anak untuk datang dan
membaca bukunya, sehingga waktu luang mereka diisi dengan yang bermanfaat.
SMK Binakarya Mandiri 2 Bekasi, mempunyai cara
literasinya sendiri yaitu dengan cara tiap pagi seblum jam masuk pembelajaran.
Jam masuk pembelajaran 07.00 WIB maka bel dibunyikan pada jam 06.45 WIB, jadi
limabelas menit sebelum memulai pembelajaran anak-anak dikumpulkan di lapangan
untuk diberikan pengarahan dan doa bersama sehingga anak-anak yang telat akan
ketahuan dan mereka malu datang terlambatannya, literasi sekolah ini
dilaksanakan pada awal tahun pelajaran 2017/2018 hingga saat ini. Literasi yang
dicanangkan oleh pihak sekolah ini diisi oleh guru agama secara bergiliran.
Dari literasi sekolah ini terlihat hasilnya walau tidak mencapai seratus persen
berhasil sesuai dengan harapan pihak sekolah.
Literasi Teknologi juga dicoba diterapkan oleh pihak
sekolah dan warga sekolah, sebagian guru menggunakan blog untuk pembelajaran
dan peggunaan email dalam pengiriman tugas, jadi pelaksanaan literasi digital
juga diterapkan di sekolah Cuma masih belum maksimal karena masih ada beberapa
guru yang belum melek IT, anti dan malas menggunakkan kemudahan digital.
Padahal wifi sekolah bisa digunakan walau kadang masih lemot. Tapi pemanfaatan
digital memang harus dimaksimalkan karena disekolah sudah ada pembuatan materi
pembelajaran melalui android, Saat ini anak didik kita bahkan kita sendiri
sebagai guru tidak terlepas dari android,maka dengan itu pemanfaatan android
dapat digunakan untuk pembelajaran agar anak didik tidak monoton dalam
pembelajaran dan lebih menarik.
Jadi pelaksanaan literasi sekolah di SMK Binakarya
Mandiri 2 hanya baru dua jenis literasi itupun pelaksanaannya tidak maksimal sesuai
yang diharapkan, hanya sebagian warga bahkan beberapa saja yang masih
menggunakan atau melaksanakan Literasi
Dasar dan Literasi Teknologi. Keinginan untuk melaksanakan kelima literasi
yaitu Literasi Dasar, Literasi Perpustakaan, Literasi Media, Literasi Teknologi
dan Literasi Visual tapi masih ada beberapa kendala, contohnya literasi
perpustakaan tidak maksimal dalam penerapannya dikarenakan perpustakaan yang
jauh dari standar yang ada dan koleksi bukunya masih kurang dan monoton yang
membuat anak-anak malas ke perpustakaan. Sehingga saya pribadi hanya menerapkan
dua jenis literasi saja, lambat laun seiring waktu secara perlahan tapi pasti
akan diterapkan semua jenis literasi, sehingga Indonesia menjadi negara yang
gemar membaca dan haus akan ilmu pengetahuan maupun informasi.
Semoga saja bisa tercapai, maka saya memulai dari
diri sendiri dulu dalam menerapkan literasi kepada anak didik. Bahkan keinginan
saya adalah tiap jurusan di sekolah pada akhirnya mempunyai perpustakaan
sendiri untuk memenuhi kebutuhan membaca dan gerakan literasi ini. Memang masih
butuh waktu untuk dapat mencapai suatu keinginan dan impian, lebih baik lambat
dalam pergerakan daripada tidak sama sekali.
IV. KESIMPULAN
Dari satu tahun yang lalu dalam penerapan Gerakan
Literasi Sekolah, baru bisa terlaksana dan itupun tidak maksimal dilaksanakan
oleh warga sekolah karena keterbatasan fasilitas dan keinginan akan segera
terlaksananya gerakan literasi ini. Walau sekolah sudah mencontohkan akan adanya
literasi secara menyeluruh.
Dengan berjalannya waktu untuk pelaksanaan literasi
walau tidak semua warga sekolah terutama guru yang menjadi pioner dan contoh
untuk siswanya agar bisa menerapkan lima sampai lima belas menit sebelum
memulai pembelajaran akan diterapkan dengan keinginan sendiri tanpa paksaan
dari pihak sekolah.
Saat ini walau tidak seluruhnya hanya sebagian kecil
saja tapi sudah ada dampak didiri siswa dengan terlihat tertib dan mulai
mencari-cari informasi dengan cara membaca berbagai sumber yang bisa meraka
peroleh.
Sehingga suatu saat nanti entah kapan akan didapati
saat waktu luang akan digunakan anak-anak didik atau warga sekolah haus akan
bacaan dan informasi yang bermanfaat dan mendidik.
V. IMPLIKASI
DAN SARAN
Gerakan Literasi Sekolah ini harus dilaksanakan oleh
semua warga sekolah baik guru maupun para pimpinan sekolah untuk memberikan
contoh kepada siswa yang ada. Ada beberapa pengembangan Gerakan Literasi
Sekolah yang harus dilaksanakan di SMK Binakarya Mandiri 2 ini yaitu :
1. Penerapan Literasi Dasar
yang harus dilakasanakan 5 – 15 menit sebelum pembelajaran
2. Literasi Teknologi harus
semua guru menggunakan teknologi dalam pembelajarannya
3.
Berikan contoh lebih utama
dan lebih baik daripada teori saja, maka siswa akan langsung menerapkannya
4. Pembangunan perpustakaan
yang lebih baik dan nyaman bisa dilakukan oleh pihak sekolah
VI. DAFTAR
PUSTAKA
I. LAMPIRAN-LAMPIRAN
Gambar-gambar kegiatan literasi
Komentar
Posting Komentar